Sabtu, 16 November 2013

FIGUR ISA AS DALAM AL-QUR`AN DAN BIBLE

A. PENDAHULUAN
            Memang sudah sejak dalam kandungan, sosok Isa ini penuh misteri. Maryam sendiri, seorang ibu yang mengandungnya hampir tak percaya bahwa dirinya yang masih perawan tiba-tiba harus hamil tanpa ada sosok laki-laki pun yang menyentuhnya. Sungguh peristiwa luar biasa! Tapi apa boleh dikata bila Allah sudah bertitah "kun”, sehingga Isa pun bisa "yaku>nu" meski melalui proses yang sulit dicerna akal. Oleh karenanya, tidak salah bila ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa di antara mukjizat Isa adalah kelahirannya sendiri. Belum lagi mukjizat lain yang tidak kalah mencengangkan, misalnya ia dapat berbicara sewaktu dalam buaian sang ibu, bahkan setelah diangkat menjadi nabi, ia mampu menghidupkan orang mati.
Belum hilang ketercengangannya, saat ini kita diajak untuk mendiskusikan sosok Isa melalui jendela teks-teks suci agama. Namun, pada saat ini penyusun makalah hanya menggunakan kacamata berlensa dua, pertama melalui lensa al-Qur'an dan kedua melalui lensa Bibel. Fokus kajiannya pun hanya dibatasi pada dua entry point,yakni benarkah Isa yang dikenal dalam Islam atau Yesus dalam Kristen itu adalah 'Tuhan' atau mungkin 'anak Tuhan'? dan apakah Isa itu mati karena disalib atau diangkat oleh Allah?
Berawal dari dua pokok masalah di atas, penyusun bermaksud menguraikan sosok Isa yang dimulai dari perspektif Bibel kemudian disusul perspektif al-Qur'an dan terakhir disertakan telaah analitis-komparatif dari kedua teks suci tersebut.
B. YESUS DALAM BIBEL
1. Siapakah Yesus?
Bibel sering menyebut bahwa Yesus[1] adalah anak Tuhan.[2] Pernyataan ini tersurat jelas sebagai berikut: "Tuhan Bapa yang di sorga itu mempunyai anak sulung yang sudah ada sebelum segala sesuatu itu ada, dan segalanya diciptakan melalui dia" (I Korintus 8:6; Kolose 1: 15; I Timotius 2:5). Dalam ayat lain disebutkan bahwa Yesus adalah Firman, dan Firman itu adalah Allah.[3] Bahkan keterangan yang sangat jelas tersurat dalam Roma 10:9 yang berbunyi: "Setiap orang harus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan."
Tetapi di sisi lain dalam Alkitab Perjanjian Baru Yesus disebut sebagai anak manusia.[4] Bahkan dalam ayat lain Yesus diposisikan sebagai utusan Tuhan.[5]
Menyoal apakah Yesus itu Tuhan, anak Tuhan ataukah manusia Tuhan (divine human) sebenarnya dalam tradisi Kristen masih polemik. Fenomena ini dapat terbaca ketika mempelajari Christian councils (konsili Kristiani)[6] sebagai lembaga konstitusional gereja yang berhak memutuskan segala persoalan yang terjadi di tubuh gereja itu sendiri.
Dasar teologis yang digunakan untuk konsili adalah berangkat dari sifat gereja sendiri sebagai communio (persekutuan atau persaudaraan) yang ditujukan untuk kebaikan hidup seluruh umat beriman dengan jalan mencari solusi yang dapat memelihara dan memajukan hubungan umat dengan Kristus.[7] Menurut orang-orang Kristen, konsili ini sudah pernah dilakukan 22 tahun setelah al-Masih meninggalkan mereka.
Ada dua macam konsili, pertama konsili umum atau ekumenik, yaitu suatu sidang pertemuan yang dihadiri oleh beberapa wakil dari beberapa gereja dunia, dari mulai Asia, Afrika, sampai Eropa. Dan kedua, konsili setempat atau sinode atau regional, yaitu suatu pertemuan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh gereja setempat.[8] Konsili ekumenik ini memegang otoritas tertinggi dalam gereja untuk memutuskan apa yang diimani gereja, baik dalam bidang moral, liturgi, maupun hukum. Sebagai keputusan tertinggi, keputusan itu tidak dapat salah, karenanya bersifat mengikat.
Diadakannya konsili ini karena adanya beberapa persoalan dalam tubuh agama Kristen, terutama yang berkaitan dengan akidah atau doktrin, terutama dalam hal ini adalah mengenai status Yesus dalam keimanan Kristen.
Meskipun dalam Injil Yohanes dan surat Paulus pernyataan mengenai Isa sudah ditegaskan, namun tampaknya hal itu belum menjadi kesepakatan bulat yang menjadi doktrin dan dogma bagi semua penganut kepercayaan Kristen. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa sekte, terutama pada sekte Kristen awal yang setia pada tradisi Abrahamic dan mempertahankan keesaan Tuhan dan menganggap Yesus sebagai manusia biasa, ciptaan Allah dan bukan penjelmaannya, apalagi satu esensi dengan-Nya.[9] Salah satu sekte tersebut adalah sekte Arius. Arius (256-336 M) seorang tokoh ahli teologi di Iskandariah, bahkan menegaskan bila ada keyakinan mengenai Yesus yang berbeda dengan keyakinan tersebut, maka hal itu bukan merupakan keyakinan yang diajarkan Kristus. Tokoh lain yang mempertahankan keyakinan tersebut adalah Paul Samosata (260-272 M) seorang bishop Antiokia. Menurutnya, Isa adalah hamba Tuhan dan rasul-Nya seperti halnya rasul-rasul lain. Isa diciptakan Tuhan dalam perut Maryam tanpa melalui proses pembuahan. Ia adalah manusia biasa tanpa ada unsur ketuhanan di dalamnya.[10] Keyakinan seperti Arius dan Samosata inilah yang kemudian menjadi sebab diadakannya konsili pertama.
Terjadinya pendekatan yang kemudian mengubah kepercayaan Kristen dari "monoteisme murni" ke "politeisme" tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah, Isa tidak meninggalkan dokumen tertulis dan Injil yang ada tidak diterjemahkan dari bahasa aslinya, tetapi dari bahasa Yunani ditambah dengan masuknya unsur-unsur filsafat Neo-Platonisme.
Mengenai jumlah konsili atau sinode Menurut sejarawan, sampai tahun 1869/1870 M telah terjadi sekitar 20 kali konsili. Dari 20 kali konsili ini diperdebatkan antara yang bersifat ekumenis dengan yang bersifat sinodis. Menurut pandangan Gereja barat, 20 kali konsili itu semuanya bersifat ekumenis, sedangkan menurut gereja timur, hanya 7 yang bersifat ekumenis, sedang sisanya bersifat sinodis.
Menurut Abu Zahrah, ada dua faktor yang menjadi dasar perbedaan antara Gereja Barat dan Gereja Timur. Pertama, berkaitan dengan kepercayaan mengenai Ruhul Kudus. Menurut Gereja Timur, Ruhul Kudus semata-mata keluar dari Bapa (Father) saja bukan dari Bapa dan Anak (Son). Sedangkan menurut Gereja Barat, Ruhul Kudus keluar dari Bapa dan Anak secara bersama-sama. Masing-masing Gereja kemudian mengadakan konsili untuk menguatkan pendapatnya tersebut. Gereja Barat mengadakan konsili pada tahun 869 M dan menamakan konsili tersebut dengan konsili konstantinopel IV atau konsili kedelapan. Sebagai tandingannya, sepuluh tahun kemudian (879) Gereja Timur melaksanakan hal serupa. Konsili ini dalam daftar konsili tidak diakui sebagai konsili resmi. Dari ini diketahui mengapa Gereja Timur hanya mengakui 7 konsili.
Kedua, berkaitan dengan kepemimpinan gereja. Masing-masing gereja ingin memegang kepemimpinan tertinggi. Kedua faktor inilah yang kemudian menjadi dasar sebab perpecahan satu sama lain. Gereja Timur kemudian dikenal dengan Gereja Ortodoks Timur atau Gereja Yunani dan Gereja Barat dikenal dengan sebutan Gereja Roma.
Di antara konsili-konsili yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:
1.       Konsili Nicea (Asia kecil) diadakan pada tanggal 19 Juni – 25 Agustus 325 M. Konsili ini dihadiri oleh sekitar 300 uskup dari berbagai daerah. Ada juga yang menyebutkan 2.048 uskup dan Patriarch dengan membawa bermacam-macam pendapat dan keyakinan. Konsili ini diselenggarakan sebagai respon penolakan atau pengutukan terhadap Arianisme yang menolak keilahian Kristus. Keputusan yang diambil adalah Jesus as son of God, begotten not made and same substance as the father (Yesus sebagai Anak Tuhan, diperanakkan, tidak diciptakan dan satu substansi dengan Bapa). Karena itu Yesus dipermaklumkan sebagai homosious.
2.       Konsili Konstantinopel I, yang diadakan pada bulan Mei-Juli 381 M. Konsili ini diprakarsai oleh Theodosius I dan dihadiri oleh 150 uskup. Konsili ini berhasil melengkapi syahadat Nicea dengan menetapkan Ruhul Kudus sebagai sezat dengan Tuhan dan Tuhan itu sendiri. Doktrin ini kemudian diformulasikan oleh Augustinus sebagai subtantia tres personae (satu substansi dalam tiga pribadi). Dengan konsili ini, maka lengkaplah doktrin trinitas yang ditetapkan secara kokoh.
3.       Konsili Efesius, yang diadakan pada tahun 431 atas prakarsa Kaisar Teodosius II. Konsili ini dihadiri oleh 150-200 uskup yang menetapkan bahwa Maryam adalah theotokos (mother of god). Permasalahan ini muncul dari adanya pendapat Nestorianisme dan Plegianisme yang menyatakan bahwa Isa dilahirkan oleh Maryam dan Maryam tidak melahirkan Tuhan, tetapi hanya melahirkan manusia biasa.Isa bukan Tuhan dan Maryam bukan ibu dari Tuhan.
4.       Konsili Chalcedon yang diadakan pada bulan Oktober-November 451 M. konsili ini dihadiri sekitar 600 uskup. Pada konsili ini ketuhanan Isa ditetapkan, namun perselisihan terjadi berkenaan dengan hakekatnya. Kalau Yesus memang Tuhan, apakah ia memiliki dua hakikat (kemanusiaan dan ketuhanan). Menurut mereka Isa memiliki satu hakikat yang menggabungkan ketuhanan dan kemanusiaan atau berkumpulnya unsur lahut dan nasut. Menurutnya, setelah Tuhan berinkarnasi kepada Isa yang masing-masing memiliki hakikat maka dua hakikat itu menjadi satu, sehingga semua perbuatan dan pikiran Yesus itu muncul dari satu wujud yang tunggal, yaitu Tuhan dalam Kristus. Paham ini dikenal dengan paham monofisitisme. Konsili ini diadakan dalam rangka menetapkan bahwa Yesus memiliki dua hakikat dalam satu oknum.
5.       Dan konsili-konsili lainnya hingga konsili yang ke-20, namun 7 konsili pertama yang hanya diakui oleh Gereja Timur.
Di antara semua konsili tersebut, pembahasan mengenai ketuhanan, baik Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Tuhan Ruh Kudus, hanya sampai pada konsili ke-8. yang perlu dicatat bahwa keputusan konsili itu lebih banyak tidak berpijak pada ajaran Kitab Suci baik pada Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Hal ini sebenarnya sebuah ironi, kitab suci yang selama ini diupayakan ternyata diabaikan. Keputusan konsili seperti sebuah ijma' (dalam Islam) yang tercerabut dari akarnya.
2. Yesus Disalib
Markus secara jelas melukiskan tentang penangkapan Yesus yang kemudian disusul dengan penyalibannya.[11] Bahkan lebih dari itu diberitakan bahwa Yesus mati di tiang salib (Markus 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Umat Kristiani meyakini bahwa hal ini menunjukkan bahwa Yesus rela berkorban untuk menebus dosa umatnya.

C. ISA AS DALAM AL-QUR'AN
1. Siapakah Isa as?
Dalam al-Qur`an setidaknya ada sejumlah ayat yang secara implisit menyebutkan nama Isa, penyebutan nama ini terdapat di dalam beberapa ayat dengan pokok pembahasan yang berbeda, di antara pembahasan itu cerita mengenai Maryam dan  kelahiran Isa, adapun ayat al-Qur`an yang menjelaskan tentang hal itu adalah; Surat Ali Imran ayat 45-47 yang artinya;
“(Ingatlah) ketika Malaikat berkata:“Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)
dan dia berbicara dengan  manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang shaleh.
Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril) “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu jadilah dia.
            Ayat ini menjelaskan mengenai kabar gembira yang dibawa oleh Malaikat kepada Maryam ibu dari Isa,  Maryam digambarkan sebagai wanita terpilih dan suci di antara kebanyakan wanita lainnya, juga menjelaskan tentang karunia yang diberikan kepadanya berupa seorang anak yang bernama Isa al-Masih. Julukan al-Masih diberikan kepada nabi Isa dikarenakan dia mempunyai mu’jizat yaitu setiap orang sakit yang diusapnya maka dia akan sembuh dan ada juga sebagian ulama tafsir yang mengartikannya dengan orang yang kedua telapak kakinya halus (masih al-qadamain). Di samping julukan tersebut, kalau kita lihat dari nash tersebut di atas maka kita akan melihat bahwa penyebutan Isa disertakan atau dinisbatkan kepada ibunya Maryam, hal ini dikarenakan Isa tidak mempunyai ayah, karena proses kelahirannya yang tanpa melalui pernikahan antara laki-laki dan perempuan layaknya kebanyakan manusia, di dalam ayat ini pula, Allah menyebutkan bahwa nabi Isa kelak akan menjadi orang yang mempunyai kedudukan mulia di dunia dan di akhirat, juga disebutkan beberapa mu’jizat yang diberikan kepadanya semasa dia masih dalam buaian ibunya Maryam, yang di antaranya adalah dapat berbicara kepada orang-orang yang saat itu menuduh ibunya berbuat zina [12]
Ayat tersebut di atas juga membicarakan tentang kemasygulan Maryam akan kelahiran putranya Isa, sebab seperti yang tersurat dalam ayat di atas bahwa kelahiran nabi Isa tidak melalui proses pernikahan layaknya manusia, akan tetapi merupakan kehendak Allah menciptakan nabi Isa dengan kekuasaan-Nya, atas kemasygulan ini Allah kemudian menjelaskan bahwa keberadaan Isa merupakan titah atau ketentuan dari Allah.[13]
Tidak jelas apakah ayat-ayat mengenai kelahiran Isa di atas bertujuan untuk menegaskan kegaiban kelahiran Isa. Pada umumnya para cendikiawan Muslim setuju bahwa Isa dilahirkan tidak seperti manusia yang lain.[14]
2. Mu’jizat dan ajaran yang dibawa nabi Isa
Ayat yang membahas tentang kerasulan dan ajaran yang dibawa oleh Isa adalah Surat Ali Imran ayat 48-52
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.
Dan sebagai rasul kepada bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman”
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta’atlah kepadaku.
Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah  jalan yang lurus.[15]
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Isra`il) berkatalah dia: “siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.

Ayat ini merupakan bahasan mengenai kerasulan nabi Isa serta beberapa mu’jizat yang dimilikinya, di samping itu juga menjelaskan mengenai kejadian yang menimpa nabi Isa berkaitan dengan pengingkaran Bani Israil terhadap kerasulannya serta orang-orang yang datang membela nabi Isa yang kemudian dikenal dengan sebutan al-Hawariyyin, ayat ini juga menunjukkan ajaran yang dibawah oleh nabi Isa yaitu ajakan untuk menyembah dan berserah diri kepada Allah. [16]
3. Isa bukan anak Tuhan
Berikut ini merupakan ayat yang secara khusus menjelaskan mengenai pandangan al-Qur`an terhadap nabi Isa a.s. ayat tersebut adalah:
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra Maryam itu adalahutusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya, maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu tiga), berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang dilangit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara. [17]

Ayat diatas secara gamblang juga memberikan penjelasan tentang kedudukan Isa sebagai rasul, juga merupakan penolakan terhadap ahli kitab yang menganggapnya sebagai putera Tuhan. Di samping itu di dalam ayat tersebut juga terdapat bantahan akan adanya pemahaman Trinitas.
Sementara itu ayat yang juga merupakan bentuk bantahan al-Qur`an terhadap adanya anggapan bahwa nabi Isa adalah putera Tuhan adalah firman Allah yang berbunyi:
“Sesungguhnya perumpamaan Isa bagi Allah adalah seperti halnya nabi Adam, dimana Allah menciptakannya dari tanah kemudian dikatakan kepadanya: “Jadilah, lalu  jadilah dia”[18]
Ada satu keterangan yang cukup gamblang berkaitan dengan historisitas dari diturunkannya beberapa ayat yeng telah disebutkan di atas, yaitu sebuah riwayat yang mengatakan bahwa proses turunnya beberapa ayat tersebut diawali dengan adanya sebuah peristiwa pada masa Muhammad, yang mengatakan bahwa suatu saat ada beberapa orang Nashrani yang datang menghadap Muhammad, dan mereka mengatakan kepada Muhammad perihal Isa, mereka mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan, Isa adalah anak Tuhan dan Isa adalah Tsalitsu Tsalatsah (Trinitas). Argumen yang mendasari anggapan mereka ini adalah mereka mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan karena Isa mempunyai beberapa kelebihan seperti halnya Tuhan, yang dimaksudkan dengan kelebihan di sini adalah bahwa Isa mampu menghidupkan makhluk yang sudah mati, mengobati penyakit serta mengetahui beberapa hal ghaib yang akan terjadi. Adapun argumen yang digunakan terhadap anggapan mereka bahwa Isa adalah anak Tuhan karena Isa tidak mempunyai seorang ayah juga kemampuan Isa yang tidak dimiliki oleh manusia sebelumnya, adapun argumen yang digunakan untuk mendasari anggapan mereka bahwa Isa merupakan Tsalitsu Tsalasah adalah karena Allah selalu menggunakan kata ganti orang pertama jama’ (plural) dalam setiap firman Nya, misalnya Amarna (Kami memerintahkan), Fa’alna (Kami berbuat), Khalaqana (Kami menciptakan) dan sebagainya.[19]
            Asbab an-Nuzul inilah yang dikatakan oleh sebagian ahli tafsir dengan kejadian yang melatarbelakangi diturunkannya beberapa ayat dari surat Ali Imran yang membicarakan secara khusus tentang nabi Isa.
4. Penyaliban Isa
          Al-Qur`an telah memberikan ketegasan bahwa Isa tidak mati disalib, meskipun demikian al-Qur`an tidak merinci kehidupan Isa lebih jauh, mula-mula al-Qur`an menerangkan bahwa Isa menegaskan kebenaran taurat dan memperlunak beberapa larangan yang terdapat dalam beberapa hukum yang dibawa oleh Musa yang diajarkan kepada  kaum Yahudi. Sesudah itu al-Qur`an menerangkan bahwa Isa mengajarkan kebenaran kepada orang-orang Yahudi akan tetapi mereka tidak mau menerima ajarannya. Karena itu Isa meminta sekelompok kecil pegikutnya (al-Hawariyyun) untuk menolongnya demi Allah, dan mereka mau memenuhi permintaan Isa, saat itu orang-orang Yahudi tidak hanya tidak memperdulikan ajaran Isa, mereka bahkan secara terang-terangan menentangnya hal ini seperti yang dijelaskan dalam firman Allah: “Dan orang-orang kafir itu merencanakan, dan Allah (juga) merencanakan. Dan Allah adalah sebaik-baik perencana”[20] 
            Ayat di atas secara jelas menerangkan bahwa orang-orang Yahudi merencanakan untuk membunuh Isa dengan jalan menyalibnya, tetapi rencana mereka dipatahkan oleh Allah sehingga Isa pun selamat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman Nya:
“Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang Isa benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. [21]

5. Apakah nabi Isa wafat?
          Tema ini memunculkan perbedaan pendapat dikalangan para ulama, perbedaan itu berpangkal pada satu ayat al-Qur`an yaitu yang terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 55  yang berbunyi:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”.[22]
            Ayat ini berbicara tentang ajal dan proses pengangkatan nabi Isa ke hadirat Allah, ayat ini juga memunculkan kontroversi dikalangan para ulama seputar permasalahan yang berkaitan dengan apakah nabi Isa saat ini telah wafat atau belum (hanya jasadnya saja yang diangkat oleh Allah).
Dari beberapa ayat yang telah penulis kutip di atas teranglah bahwa penyebutan Isa tidak hanya sekali, bahkan bisa dikatakan bahwa al-Qur`an sangat rinci menjelaskan dari mulai kejadian atau diciptakannya nabi Isa, diutusnya beliau menjadi rasul sampai dengan kejadian diangkatnya beliau kepada Allah.


D. BENARKAH YESUS ADALAH TUHAN DAN MATI DI TIANG SALIB?
Ada banyak argumen yang dibangun oleh para cendekiawan muslim untuk untuk menolak ketuhanan Yesus. Di antaranya adalah Imam al-Ghazali yang mengajukan teori silogisme. Menariknya, argumen ini dibangun berdasarkan ayat-ayat yang tersurat dalam Injil sendiri. Sebagian besar silogisme ini tertuang dalam karyanya al-Radd al-Jami>l li Ila>hiyyati I<sa> bi S{ari>h} al-Inji>l. Silogisme ini kemudian dikembangkan oleh John Biddle (1615-1662 M), tokoh Kristen unitarian Inggris yang dikenal dengan pamfletnya Twelve Arguments (dua belas argumen menolak ketuhanan Yesus). Di antara satu contoh silogismenya adalah pernyataan yang terdapat dalam Matius 11:25 bahwa Yesus bersyukur kepada Tuhan. Silogismenya adalah sebagai berikut:
a.       Setiap yang disalib bukanlah Tuhan
b.      Yesus disalib
c.       Berarti Yesus bukan Tuhan.           
Begitu juga sifat-sifat manusiawi lainnya, seperti Yesus merasa sedih (Matius 26:38 dan Markus 14:34), Yesus diludahi dan dipukuli (Matius 27:30; Markus 15:19; dan Yohanes 19:3), Yesus berteriak memanggil Tuhan (Matius 27:46-47; Markus 15:33-41; Lukas 23:44-49; dan Yohanes 19:28-30), Yesus takut dan gemetar (Markus 14:33), Yesus ketakutan melihat malaikat (Lukas: 22:43-44) dan lain sebagainya.
Mengenai anggapan kaum Kristiani yang menyebut bahwa Yesus adalah "anak Tuhan" yang ditunjuk oleh kata "Ibn Allah". Al-Ghazali mengajukan sebuah dalil yang diambil dari Taurat: إبني بكري إسرائيل (Anakku yang pertama adalah bani Israel). Kata "ibn" yang dikehendaki oleh kalimat di atas adalah Bani Israael yang pada saat itu berjumlah 600.000 orang. Jadi penggunaan kata "ibn" bukan berarti anak dalam arti hubungan darah melainkan seseorang atau kelompok yang disayangi.



DAFTAR PUSTAKA
Adolf SJ. Heuken, Ensiklopedi Gereja. Vol. 1. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1991
Waryono, "Kristologi Islam: Tinjauan atas Karya al-Ghazali al-Radd al-Jamil li Ilahiyyati Isa bi Sarih al-Injil", Tesis, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Studi Aqidah Filsafat, 1999.  
Abu Zahrah, Muh}a>d}ara>t fi> al-Nas}ra>niyyah  Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi, 1963.
Olaf Schuman, Pemikiran Keagamaan dalam Tantangan  Jakarta: Gramedia, 1993.
M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran-Ajaran Agama Besar  Jakarta: Golden Terayan Press, 1994
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur`an al-‘Adzim. Beirut: Maktabah an-Nur al-‘Ilmiyyah, 1991
Mazheruddin Siddiqi, Konsep Qur`an tentang Sejarah.  Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986
Imam Muchlas & Masyhud, Al-Qur'an Berbicara tentang Kristen (t.tp.: Pustaka Da'i, 1999)
Abdullah bin Hammad asy-Syabana, Merumuskan Kata Sepakat Islam Kristen, terj. Kathur Suhardi Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993.
W.M. Watt, Titik Temu Islam-Kristen: Persepsi dan Salah Persepsi, terj. Zaimuddin, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996. 


[1] Para ahli kitab di dalam Injil Matius dan Lukas menisbahkan Isa kepada Yusuf bin Ya’kub al-Najar, sedangkan dalam Injil-injil lainnya tidak dinisbahkan kepada seorang laki-laki pun. Dalam Injil Matius disebutkan:
 “Yesus bin Yusuf al-Najar bin Yakub bin Matan bin Eleazar bin Aliud bin Akhim bin Zadok bin Azor bin Elyakim bin Abihud bin Zerubabel bin Sealtiel bin Yekhonya bin Yosia bin Amon bin Manasye bin Hizkia bin Ahas bin Yotam bin Uzia bin Yoram bin Yosafat bin Asa bin Abia bin Rehabeam bin Salomo bin Daud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salmon bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin Yakub bin Ishak bin Abraham”.
Sedangkan dalam Injil Lukas, nasab Isa disebutkan sebagai berikut:
"Yesus bin Yusuf al-Najar bin Eli bin Matat bin Lewi bin Malkhi bin Yanai bin Yusuf bin Matica bin Amos bin Nahum bin Hesli bin Nagay bin Maat bin Matica bin Simei bin Yosekh bin Yoda bin Yohana bin Resa bin Zerubabel bin Sealtiel bin Neri bin Malkhi bin Adi bin Kosam bin Elmadam bin Er bin Yesua bin Eliezer bin Yorim bin Matat bin Lewi bin Simeon bin Yehuda bin Yusuf bin Yonam bin Elyakim bin Melea bin Natan bin Daud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salmon bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Perez bin Yehuda bin Yakub bin Ishak bin Abrahim”. Dari sini terdapat perbedaan yang mencolok antara nama-nama yang disebut dalam Injil Matius maupun Lukas yang keduanya tidak dapat dikompromikan.
[2] Pernyataan ini tersurat dalam Matius: 2:15;  3:1; 4:3-6 dsb, Markus: 1:1; 11; 3:3; 5:6 dsb, Lukas: 1: 32, 35; 3:22, dsb, Yohanes: 1:34; 40; 3: 16; 18 dsb, Roma: 1:19; 5:10; 8:3, dsb dan kitab Injil lainnya. 
[3] Lihat Yohanes: 1:1-9; 10:30; 38; 14:9-11.
[4] Lihat Matius: 8:20; 9:8; 16:13, dsb, Markus: 2:10; 28; 8:31, dsb serta Lukas: 5:24; 6:6; 22; 7:34, dsb.
[5] Lihat Markus: 9:37, Yohanes: 4:18; 5:19; 24; 30; 8:16, dsb, Kisah Rasul: 3:22, dan I Yohanes: 4:9.
[6] Konsili adalah musyawarah atau sidang para uskup atau tokoh-tokoh Kristen untuk meneliti dan kemudian mengambil sikap dan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau ajaran iman, tata tertib, dan tindakan pastoral serta administratif. Lihat Adolf SJ. Heuken, Ensiklopedi Gereja. Vol. 1 (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1991), hlm. 94.
[7] Waryono, "Kristologi Islam: Tinjauan atas Karya al-Ghazali al-Radd al-Jamil li Ilahiyyati Isa bi Sarih al-Injil", Tesis, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Studi Aqidah Filsafat, 1999.  
[8] Abu Zahrah, Muh}a>d}ara>t fi> al-Nas}ra>niyyah (Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi, 1963), hlm. 123.
[9] Olaf Schuman, Pemikiran Keagamaan dalam Tantangan (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 120-121.
[10] M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran-Ajaran Agama Besar (Jakarta: Golden Terayan Press, 1994), hlm. 143.
[11] Lihat : Markus 14:1-2; 15:16-20, dsb.
[12] Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur`an al-‘Adzim. (Beirut: Maktabah an-Nur al-‘Ilmiyyah, 1991) juz I hlm. 344
[13] Ibid
[14] Mazheruddin Siddiqi, Konsep Qur`an tentang Sejarah. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986) hlm. 161
[15] QS. Ali Imran: 45-52
[16] op cit  345
[17] QS. an-Nisa` : 171
[18] QS. Ali Imran: 59
[19] op cit. Ibnu Katsir, Juz I hlm 348
[20] QS. Ali Imran: 54
[21] QS. An-Nisa`: 157
[22] QS. Ali Imran: 55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar