A. PENDAHULUAN
Memang sudah sejak dalam kandungan,
sosok Isa ini penuh misteri. Maryam sendiri, seorang ibu yang mengandungnya
hampir tak percaya bahwa dirinya yang masih perawan tiba-tiba harus hamil tanpa
ada sosok laki-laki pun yang menyentuhnya. Sungguh peristiwa luar biasa! Tapi
apa boleh dikata bila Allah sudah bertitah "kun”, sehingga Isa pun
bisa "yaku>nu"
meski melalui proses yang sulit dicerna akal. Oleh karenanya, tidak salah bila
ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa di antara mukjizat Isa adalah
kelahirannya sendiri. Belum lagi mukjizat lain yang tidak kalah
mencengangkan, misalnya ia dapat berbicara sewaktu dalam buaian sang ibu,
bahkan setelah diangkat menjadi nabi, ia mampu menghidupkan orang mati.
Belum hilang ketercengangannya, saat ini kita diajak
untuk mendiskusikan sosok Isa melalui jendela teks-teks suci agama. Namun, pada
saat ini penyusun makalah hanya menggunakan kacamata berlensa dua, pertama
melalui lensa al-Qur'an dan kedua melalui lensa Bibel. Fokus kajiannya pun
hanya dibatasi pada dua entry point,yakni benarkah Isa yang dikenal dalam Islam
atau Yesus dalam Kristen itu adalah 'Tuhan' atau mungkin 'anak Tuhan'? dan
apakah Isa itu mati karena disalib atau diangkat oleh Allah?
Berawal dari dua pokok masalah di atas, penyusun
bermaksud menguraikan sosok Isa yang dimulai dari perspektif Bibel kemudian
disusul perspektif al-Qur'an dan terakhir disertakan telaah analitis-komparatif
dari kedua teks suci tersebut.
B. YESUS DALAM BIBEL
1. Siapakah Yesus?
Bibel sering menyebut bahwa Yesus[1]
adalah anak Tuhan.[2]
Pernyataan ini tersurat jelas sebagai berikut: "Tuhan Bapa yang di
sorga itu mempunyai anak sulung yang sudah ada sebelum segala sesuatu itu ada,
dan segalanya diciptakan melalui dia" (I Korintus 8:6; Kolose 1: 15 ; I Timotius 2:5). Dalam ayat
lain disebutkan bahwa Yesus adalah Firman, dan Firman itu adalah Allah.[3]
Bahkan keterangan yang sangat jelas tersurat dalam Roma 10:9 yang berbunyi: "Setiap
orang harus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan."
Tetapi di sisi lain dalam Alkitab Perjanjian Baru
Yesus disebut sebagai anak manusia.[4]
Bahkan dalam ayat lain Yesus diposisikan sebagai utusan Tuhan.[5]
Menyoal apakah Yesus itu Tuhan, anak Tuhan ataukah
manusia Tuhan (divine human) sebenarnya dalam tradisi Kristen masih
polemik. Fenomena ini dapat terbaca ketika mempelajari Christian councils (konsili
Kristiani)[6]
sebagai lembaga konstitusional gereja yang berhak memutuskan segala persoalan
yang terjadi di tubuh gereja itu sendiri.
Dasar teologis yang digunakan untuk konsili adalah
berangkat dari sifat gereja sendiri sebagai communio (persekutuan atau
persaudaraan) yang ditujukan untuk kebaikan hidup seluruh umat beriman dengan
jalan mencari solusi yang dapat memelihara dan memajukan hubungan umat dengan
Kristus.[7]
Menurut orang-orang Kristen, konsili ini sudah pernah dilakukan 22 tahun
setelah al-Masih meninggalkan mereka.
Diadakannya konsili ini karena adanya beberapa
persoalan dalam tubuh agama Kristen, terutama yang berkaitan dengan akidah atau
doktrin, terutama dalam hal ini adalah mengenai status Yesus dalam keimanan
Kristen.
Meskipun dalam Injil Yohanes dan surat Paulus pernyataan mengenai Isa sudah
ditegaskan, namun tampaknya hal itu belum menjadi kesepakatan bulat yang
menjadi doktrin dan dogma bagi semua penganut kepercayaan Kristen. Hal ini
terbukti dengan adanya beberapa sekte, terutama pada sekte Kristen awal yang
setia pada tradisi Abrahamic dan mempertahankan keesaan Tuhan dan
menganggap Yesus sebagai manusia biasa, ciptaan Allah dan bukan penjelmaannya,
apalagi satu esensi dengan-Nya.[9]
Salah satu sekte tersebut adalah sekte Arius. Arius (256-336 M) seorang tokoh
ahli teologi di Iskandariah, bahkan menegaskan bila ada keyakinan mengenai
Yesus yang berbeda dengan keyakinan tersebut, maka hal itu bukan merupakan
keyakinan yang diajarkan Kristus. Tokoh lain yang mempertahankan keyakinan
tersebut adalah Paul Samosata (260-272 M) seorang bishop Antiokia. Menurutnya,
Isa adalah hamba Tuhan dan rasul-Nya seperti halnya rasul-rasul lain. Isa
diciptakan Tuhan dalam perut Maryam tanpa melalui proses pembuahan. Ia adalah
manusia biasa tanpa ada unsur ketuhanan di dalamnya.[10]
Keyakinan seperti Arius dan Samosata inilah yang kemudian menjadi sebab
diadakannya konsili pertama.
Terjadinya pendekatan yang kemudian mengubah
kepercayaan Kristen dari "monoteisme murni" ke "politeisme"
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah, Isa tidak
meninggalkan dokumen tertulis dan Injil yang ada tidak diterjemahkan dari
bahasa aslinya, tetapi dari bahasa Yunani ditambah dengan masuknya unsur-unsur
filsafat Neo-Platonisme.
Mengenai jumlah konsili atau sinode Menurut sejarawan,
sampai tahun 1869/1870 M telah terjadi sekitar 20 kali konsili. Dari 20 kali
konsili ini diperdebatkan antara yang bersifat ekumenis dengan yang bersifat
sinodis. Menurut pandangan Gereja barat, 20 kali konsili itu semuanya bersifat
ekumenis, sedangkan menurut gereja timur, hanya 7 yang bersifat ekumenis,
sedang sisanya bersifat sinodis.
Menurut Abu Zahrah, ada dua faktor yang menjadi dasar
perbedaan antara Gereja Barat dan Gereja Timur. Pertama, berkaitan dengan
kepercayaan mengenai Ruhul Kudus. Menurut Gereja Timur, Ruhul Kudus semata-mata
keluar dari Bapa (Father) saja bukan dari Bapa dan Anak (Son).
Sedangkan menurut Gereja Barat, Ruhul Kudus keluar dari Bapa dan Anak secara
bersama-sama. Masing-masing Gereja kemudian mengadakan konsili untuk menguatkan
pendapatnya tersebut. Gereja Barat mengadakan konsili pada tahun 869 M dan
menamakan konsili tersebut dengan konsili konstantinopel IV atau konsili
kedelapan. Sebagai tandingannya, sepuluh tahun kemudian (879) Gereja Timur
melaksanakan hal serupa. Konsili ini dalam daftar konsili tidak diakui sebagai
konsili resmi. Dari ini diketahui mengapa Gereja Timur hanya mengakui 7
konsili.
Kedua, berkaitan dengan kepemimpinan gereja.
Masing-masing gereja ingin memegang kepemimpinan tertinggi. Kedua faktor inilah
yang kemudian menjadi dasar sebab perpecahan satu sama lain. Gereja Timur
kemudian dikenal dengan Gereja Ortodoks Timur atau Gereja Yunani dan Gereja
Barat dikenal dengan sebutan Gereja Roma.
Di antara konsili-konsili yang pernah dilakukan adalah
sebagai berikut:
1.
Konsili Nicea (Asia kecil) diadakan pada tanggal 19 Juni – 25 Agustus
325 M. Konsili ini dihadiri oleh sekitar 300 uskup dari berbagai daerah. Ada juga yang menyebutkan
2.048 uskup dan Patriarch dengan membawa bermacam-macam pendapat dan keyakinan.
Konsili ini diselenggarakan sebagai respon penolakan atau pengutukan terhadap
Arianisme yang menolak keilahian Kristus. Keputusan yang diambil adalah Jesus
as son of God, begotten not made and same substance as the father (Yesus
sebagai Anak Tuhan, diperanakkan, tidak diciptakan dan satu substansi dengan
Bapa). Karena itu Yesus dipermaklumkan sebagai homosious.
2.
Konsili Konstantinopel I,
yang diadakan pada bulan Mei-Juli 381 M. Konsili ini diprakarsai oleh
Theodosius I dan dihadiri oleh 150 uskup. Konsili ini berhasil melengkapi
syahadat Nicea dengan menetapkan Ruhul Kudus sebagai sezat dengan Tuhan dan
Tuhan itu sendiri. Doktrin ini kemudian diformulasikan oleh Augustinus sebagai subtantia
tres personae (satu substansi dalam tiga pribadi). Dengan konsili ini, maka
lengkaplah doktrin trinitas yang ditetapkan secara kokoh.
3.
Konsili Efesius, yang
diadakan pada tahun 431 atas prakarsa Kaisar Teodosius II. Konsili ini dihadiri
oleh 150-200 uskup yang menetapkan bahwa Maryam adalah theotokos (mother of
god). Permasalahan ini muncul dari adanya pendapat Nestorianisme dan
Plegianisme yang menyatakan bahwa Isa dilahirkan oleh Maryam dan Maryam tidak
melahirkan Tuhan, tetapi hanya melahirkan manusia biasa.Isa bukan Tuhan dan
Maryam bukan ibu dari Tuhan.
4.
Konsili Chalcedon yang
diadakan pada bulan Oktober-November 451 M. konsili ini dihadiri sekitar 600
uskup. Pada konsili ini ketuhanan Isa ditetapkan, namun perselisihan terjadi
berkenaan dengan hakekatnya. Kalau Yesus memang Tuhan, apakah ia memiliki dua
hakikat (kemanusiaan dan ketuhanan). Menurut mereka Isa memiliki satu hakikat
yang menggabungkan ketuhanan dan kemanusiaan atau berkumpulnya unsur lahut dan
nasut. Menurutnya, setelah Tuhan berinkarnasi kepada Isa yang masing-masing
memiliki hakikat maka dua hakikat itu menjadi satu, sehingga semua perbuatan
dan pikiran Yesus itu muncul dari satu wujud yang tunggal, yaitu Tuhan dalam
Kristus. Paham ini dikenal dengan paham monofisitisme. Konsili ini diadakan
dalam rangka menetapkan bahwa Yesus memiliki dua hakikat dalam satu oknum.
5.
Dan konsili-konsili lainnya
hingga konsili yang ke-20, namun 7 konsili pertama yang hanya diakui oleh
Gereja Timur.
Di antara semua konsili tersebut, pembahasan mengenai
ketuhanan, baik Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Tuhan Ruh Kudus, hanya sampai pada
konsili ke-8. yang perlu dicatat bahwa keputusan konsili itu lebih banyak tidak
berpijak pada ajaran Kitab Suci baik pada Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru. Hal ini sebenarnya sebuah ironi, kitab suci yang selama ini diupayakan
ternyata diabaikan. Keputusan konsili seperti sebuah ijma' (dalam Islam) yang
tercerabut dari akarnya.
2. Yesus Disalib
Markus secara jelas melukiskan tentang penangkapan
Yesus yang kemudian disusul dengan penyalibannya.[11]
Bahkan lebih dari itu diberitakan bahwa Yesus mati di tiang salib (Markus
15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Umat Kristiani meyakini bahwa hal ini
menunjukkan bahwa Yesus rela berkorban untuk menebus dosa umatnya.
C. ISA AS DALAM AL-QUR'AN
1. Siapakah Isa as?
Dalam
al-Qur`an setidaknya ada sejumlah ayat yang secara implisit menyebutkan nama
Isa, penyebutan nama ini terdapat di dalam beberapa ayat dengan pokok
pembahasan yang berbeda, di antara pembahasan itu cerita mengenai Maryam
dan kelahiran Isa, adapun ayat al-Qur`an
yang menjelaskan tentang hal itu adalah; Surat Ali Imran ayat 45-47 yang
artinya;
“(Ingatlah)
ketika Malaikat berkata:“Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)
dan dia berbicara
dengan manusia dalam buaian dan ketika
sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang shaleh.
Maryam berkata: “Ya
Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh
oleh seorang laki-laki pun” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril)
“Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
Jadilah, lalu jadilah dia.
Ayat
ini menjelaskan mengenai kabar gembira yang dibawa oleh Malaikat kepada Maryam
ibu dari Isa, Maryam digambarkan sebagai
wanita terpilih dan suci di antara kebanyakan wanita lainnya, juga menjelaskan
tentang karunia yang diberikan kepadanya berupa seorang anak yang bernama Isa
al-Masih. Julukan al-Masih diberikan kepada nabi Isa dikarenakan dia mempunyai
mu’jizat yaitu setiap orang sakit yang diusapnya maka dia akan sembuh dan ada
juga sebagian ulama tafsir yang mengartikannya dengan orang yang kedua telapak
kakinya halus (masih al-qadamain). Di samping julukan tersebut, kalau
kita lihat dari nash tersebut di atas maka kita akan melihat bahwa penyebutan
Isa disertakan atau dinisbatkan kepada ibunya Maryam, hal ini dikarenakan Isa
tidak mempunyai ayah, karena proses kelahirannya yang tanpa melalui pernikahan
antara laki-laki dan perempuan layaknya kebanyakan manusia, di dalam ayat ini pula,
Allah menyebutkan bahwa nabi Isa kelak akan menjadi orang yang mempunyai
kedudukan mulia di dunia dan di akhirat, juga disebutkan beberapa mu’jizat yang
diberikan kepadanya semasa dia masih dalam buaian ibunya Maryam, yang di
antaranya adalah dapat berbicara kepada orang-orang yang saat itu menuduh
ibunya berbuat zina [12]
Ayat
tersebut di atas juga membicarakan tentang kemasygulan Maryam akan kelahiran
putranya Isa, sebab seperti yang tersurat dalam ayat di atas bahwa kelahiran
nabi Isa tidak melalui proses pernikahan layaknya manusia, akan tetapi
merupakan kehendak Allah menciptakan nabi Isa dengan kekuasaan-Nya, atas
kemasygulan ini Allah kemudian menjelaskan bahwa keberadaan Isa merupakan titah
atau ketentuan dari Allah.[13]
Tidak jelas
apakah ayat-ayat mengenai kelahiran Isa di atas bertujuan untuk menegaskan
kegaiban kelahiran Isa. Pada umumnya para cendikiawan Muslim setuju bahwa Isa
dilahirkan tidak seperti manusia yang lain.[14]
2. Mu’jizat
dan ajaran yang dibawa nabi Isa
Ayat yang
membahas tentang kerasulan dan ajaran yang dibawa oleh Isa adalah Surat Ali
Imran ayat 48-52
Dan Allah akan
mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.
Dan sebagai rasul kepada
bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku datang kepadamu
dengan membawa sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak
dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang yang
mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa
yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu
tanda (kebenaran kerasulanku)bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman”
Dan
(aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk
menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang
kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu. Karena itu
bertaqwalah kepada Allah dan ta’atlah kepadaku.
Sesungguhnya Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.[15]
Maka
tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Isra`il) berkatalah dia:
“siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?
Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “kamilah penolong-penolong
(agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang berserah diri.
Ayat
ini merupakan bahasan mengenai kerasulan nabi Isa serta beberapa mu’jizat yang
dimilikinya, di samping itu juga menjelaskan mengenai kejadian yang menimpa
nabi Isa berkaitan dengan pengingkaran Bani Israil terhadap kerasulannya serta
orang-orang yang datang membela nabi Isa yang kemudian dikenal dengan sebutan
al-Hawariyyin, ayat ini juga menunjukkan ajaran yang dibawah oleh nabi Isa
yaitu ajakan untuk menyembah dan berserah diri kepada Allah. [16]
3. Isa bukan anak Tuhan
Berikut ini
merupakan ayat yang secara khusus menjelaskan mengenai pandangan al-Qur`an
terhadap nabi Isa a.s. ayat tersebut adalah:
“Wahai Ahli Kitab,
janganlah kalian melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra Maryam itu
adalahutusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya, maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan
itu tiga), berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya
Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang
dilangit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara. [17]
Ayat
diatas secara gamblang juga memberikan penjelasan tentang kedudukan Isa sebagai
rasul, juga merupakan penolakan terhadap ahli kitab yang menganggapnya sebagai
putera Tuhan. Di samping itu di dalam ayat tersebut juga terdapat bantahan akan
adanya pemahaman Trinitas.
Sementara
itu ayat yang juga merupakan bentuk bantahan al-Qur`an terhadap adanya anggapan
bahwa nabi Isa adalah putera Tuhan adalah firman Allah yang berbunyi:
“Sesungguhnya perumpamaan Isa bagi Allah adalah
seperti halnya nabi Adam, dimana Allah menciptakannya dari tanah kemudian
dikatakan kepadanya: “Jadilah, lalu
jadilah dia”[18]
Ada
satu keterangan yang cukup gamblang berkaitan dengan historisitas dari
diturunkannya beberapa ayat yeng telah disebutkan di atas, yaitu sebuah riwayat
yang mengatakan bahwa proses turunnya beberapa ayat tersebut diawali dengan
adanya sebuah peristiwa pada masa Muhammad, yang mengatakan bahwa suatu saat
ada beberapa orang Nashrani yang datang menghadap Muhammad, dan mereka
mengatakan kepada Muhammad perihal Isa, mereka mengatakan bahwa Isa adalah
Tuhan, Isa adalah anak Tuhan dan Isa adalah Tsalitsu Tsalatsah (Trinitas).
Argumen yang mendasari anggapan mereka ini adalah mereka mengatakan bahwa Isa
adalah Tuhan karena Isa mempunyai beberapa kelebihan seperti halnya Tuhan, yang
dimaksudkan dengan kelebihan di sini adalah bahwa Isa mampu menghidupkan
makhluk yang sudah mati, mengobati penyakit serta mengetahui beberapa hal ghaib
yang akan terjadi. Adapun argumen yang digunakan terhadap anggapan mereka bahwa
Isa adalah anak Tuhan karena Isa tidak mempunyai seorang ayah juga kemampuan
Isa yang tidak dimiliki oleh manusia sebelumnya, adapun argumen yang digunakan
untuk mendasari anggapan mereka bahwa Isa merupakan Tsalitsu Tsalasah adalah
karena Allah selalu menggunakan kata ganti orang pertama jama’ (plural)
dalam setiap firman Nya, misalnya Amarna (Kami memerintahkan),
Fa’alna (Kami berbuat), Khalaqana (Kami menciptakan) dan sebagainya.[19]
Asbab an-Nuzul inilah yang
dikatakan oleh sebagian ahli tafsir dengan kejadian yang melatarbelakangi
diturunkannya beberapa ayat dari surat Ali Imran yang membicarakan secara
khusus tentang nabi Isa.
4. Penyaliban Isa
Al-Qur`an telah memberikan
ketegasan bahwa Isa tidak mati disalib, meskipun demikian al-Qur`an tidak
merinci kehidupan Isa lebih jauh, mula-mula al-Qur`an menerangkan bahwa Isa
menegaskan kebenaran taurat dan memperlunak beberapa larangan yang terdapat
dalam beberapa hukum yang dibawa oleh Musa yang diajarkan kepada kaum Yahudi. Sesudah itu al-Qur`an
menerangkan bahwa Isa mengajarkan kebenaran kepada orang-orang Yahudi akan
tetapi mereka tidak mau menerima ajarannya. Karena itu Isa meminta sekelompok kecil
pegikutnya (al-Hawariyyun) untuk menolongnya demi Allah, dan mereka mau
memenuhi permintaan Isa, saat itu orang-orang Yahudi tidak hanya tidak
memperdulikan ajaran Isa, mereka bahkan secara terang-terangan menentangnya hal
ini seperti yang dijelaskan dalam firman Allah: “Dan orang-orang kafir itu
merencanakan, dan Allah (juga) merencanakan. Dan Allah adalah sebaik-baik
perencana”[20]
Ayat di atas secara jelas menerangkan bahwa orang-orang
Yahudi merencanakan untuk membunuh Isa dengan jalan menyalibnya, tetapi rencana
mereka dipatahkan oleh Allah sehingga Isa pun selamat. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan Allah dalam firman Nya:
“Dan
karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang Isa
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka
belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. [21]
5. Apakah nabi Isa wafat?
Tema
ini memunculkan perbedaan pendapat dikalangan para ulama, perbedaan itu
berpangkal pada satu ayat al-Qur`an yaitu yang terdapat di dalam surat Ali
Imran ayat 55 yang berbunyi:
(Ingatlah),
ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu
kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang kafir, dan menjadikan orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang
yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada kepada Akulah kembalimu,
lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih
padanya”.[22]
Ayat
ini berbicara tentang ajal dan proses pengangkatan nabi Isa ke hadirat Allah,
ayat ini juga memunculkan kontroversi dikalangan para ulama seputar
permasalahan yang berkaitan dengan apakah nabi Isa saat ini telah wafat atau
belum (hanya jasadnya saja yang diangkat oleh Allah).
Dari beberapa ayat yang telah
penulis kutip di atas teranglah bahwa penyebutan Isa tidak hanya sekali, bahkan
bisa dikatakan bahwa al-Qur`an sangat rinci menjelaskan dari mulai kejadian
atau diciptakannya nabi Isa, diutusnya beliau menjadi rasul sampai dengan
kejadian diangkatnya beliau kepada Allah.
D. BENARKAH YESUS ADALAH TUHAN DAN MATI DI TIANG
SALIB?
a.
Setiap yang disalib
bukanlah Tuhan
b.
Yesus disalib
c.
Berarti Yesus bukan
Tuhan.
Begitu juga sifat-sifat
manusiawi lainnya, seperti Yesus merasa sedih (Matius 26:38 dan Markus 14:34),
Yesus diludahi dan dipukuli (Matius 27:30; Markus 15:19; dan Yohanes 19:3),
Yesus berteriak memanggil Tuhan (Matius 27:46-47; Markus 15:33-41; Lukas
23:44-49; dan Yohanes 19:28-30), Yesus takut dan gemetar (Markus 14:33), Yesus
ketakutan melihat malaikat (Lukas: 22:43-44) dan lain sebagainya.
Mengenai anggapan kaum
Kristiani yang menyebut bahwa Yesus adalah "anak Tuhan" yang ditunjuk
oleh kata "Ibn Allah". Al-Ghazali mengajukan sebuah dalil yang
diambil dari Taurat: إبني بكري إسرائيل (Anakku yang pertama adalah bani Israel ). Kata
"ibn" yang dikehendaki oleh kalimat di atas adalah Bani Israael yang
pada saat itu berjumlah 600.000 orang. Jadi penggunaan kata "ibn"
bukan berarti anak dalam arti hubungan darah melainkan seseorang atau kelompok
yang disayangi.
DAFTAR PUSTAKA
Adolf SJ. Heuken, Ensiklopedi Gereja. Vol. 1. Jakarta : Yayasan Cipta
Loka Caraka, 1991
Waryono, "Kristologi Islam: Tinjauan atas Karya
al-Ghazali al-Radd al-Jamil li Ilahiyyati Isa bi Sarih al-Injil", Tesis,
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Studi Aqidah Filsafat, 1999.
Abu Zahrah, Muh}a>d}ara>t fi>
al-Nas}ra>niyyah Kairo: Dar
al-Fikr al-'Arabi, 1963.
Olaf Schuman, Pemikiran Keagamaan dalam Tantangan Jakarta: Gramedia, 1993.
M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran-Ajaran Agama
Besar Jakarta: Golden Terayan Press,
1994
Ibnu
Katsir, Tafsir al-Qur`an al-‘Adzim. Beirut: Maktabah an-Nur
al-‘Ilmiyyah, 1991
Mazheruddin
Siddiqi, Konsep Qur`an tentang Sejarah. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1986
Imam Muchlas & Masyhud, Al-Qur'an Berbicara
tentang Kristen (t.tp.: Pustaka Da'i, 1999)
Abdullah bin Hammad asy-Syabana, Merumuskan Kata
Sepakat Islam Kristen, terj. Kathur Suhardi Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1993.
W.M.
Watt, Titik Temu Islam-Kristen: Persepsi dan Salah Persepsi, terj.
Zaimuddin,
[1] Para
ahli kitab di dalam Injil Matius dan Lukas menisbahkan Isa kepada Yusuf bin
Ya’kub al-Najar, sedangkan dalam Injil-injil lainnya tidak dinisbahkan kepada
seorang laki-laki pun. Dalam Injil Matius disebutkan:
“Yesus bin Yusuf al-Najar bin Yakub bin Matan
bin Eleazar bin Aliud bin Akhim bin Zadok bin Azor bin Elyakim bin Abihud bin
Zerubabel bin Sealtiel bin Yekhonya bin Yosia bin Amon bin Manasye bin Hizkia
bin Ahas bin Yotam bin Uzia bin Yoram bin Yosafat bin Asa bin Abia bin Rehabeam
bin Salomo bin Daud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salmon bin Nahason bin
Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin Yakub bin Ishak bin
Abraham”.
Sedangkan
dalam Injil Lukas, nasab Isa disebutkan sebagai berikut:
"Yesus
bin Yusuf al-Najar bin Eli bin Matat bin Lewi bin Malkhi bin Yanai bin Yusuf
bin Matica bin Amos bin Nahum bin Hesli bin Nagay bin Maat bin Matica bin Simei
bin Yosekh bin Yoda bin Yohana bin Resa bin Zerubabel bin Sealtiel bin Neri bin
Malkhi bin Adi bin Kosam bin Elmadam bin Er bin Yesua bin Eliezer bin Yorim bin
Matat bin Lewi bin Simeon bin Yehuda bin Yusuf bin Yonam bin Elyakim bin Melea
bin Natan bin Daud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salmon bin Nahason bin
Aminadab bin Ram bin Hezron bin Perez bin Yehuda bin Yakub bin Ishak bin
Abrahim”. Dari
sini terdapat perbedaan yang mencolok antara nama-nama yang disebut dalam Injil
Matius maupun Lukas yang keduanya tidak dapat dikompromikan.
[2] Pernyataan
ini tersurat dalam Matius: 2:15 ; 3:1; 4:3-6 dsb, Markus: 1:1; 11; 3:3; 5:6
dsb, Lukas: 1: 32 , 35; 3:22 , dsb, Yohanes: 1:34 ; 40; 3: 16 ; 18 dsb, Roma: 1:19 ; 5:10 ;
8:3, dsb dan kitab Injil lainnya.
[4] Lihat
Matius: 8:20 ; 9:8; 16:13 , dsb, Markus: 2:10 ; 28; 8:31 , dsb serta Lukas: 5:24 ; 6:6; 22; 7:34 , dsb.
[5] Lihat
Markus: 9:37 , Yohanes: 4:18 ; 5:19 ; 24; 30; 8:16 ,
dsb, Kisah Rasul: 3:22 ,
dan I Yohanes: 4:9.
[6] Konsili
adalah musyawarah atau sidang para uskup atau tokoh-tokoh Kristen untuk
meneliti dan kemudian mengambil sikap dan keputusan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan akidah atau ajaran iman, tata tertib, dan tindakan pastoral
serta administratif. Lihat Adolf SJ. Heuken, Ensiklopedi Gereja. Vol. 1
(Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1991), hlm. 94.
[7] Waryono,
"Kristologi Islam: Tinjauan atas Karya al-Ghazali al-Radd al-Jamil li
Ilahiyyati Isa bi Sarih al-Injil", Tesis, IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Program Studi Aqidah Filsafat, 1999.
[10] M.
Arifin, Menguak Misteri Ajaran-Ajaran Agama Besar (Jakarta: Golden
Terayan Press, 1994), hlm. 143.
[12] Ibnu Katsir, Tafsir
al-Qur`an al-‘Adzim. (Beirut: Maktabah an-Nur al-‘Ilmiyyah, 1991) juz I
hlm. 344
Tidak ada komentar:
Posting Komentar