Disusun
Oleh:
Ahmad Saerozi NIM: 309052
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURUSAN
USHULUDDIN PRODI TAFSIR HADITS
KUDUS
2011
TAKHRIJ HADITS
مَنْ فَرِحَ
بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النيْراَنِ
“Barangsiapa merasa senang dengan masuknya (datangnya) bulan
Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya bagi neraka.”
A. Pendahuluan
Islam adalah agama
sosial dan kemanusiaan. Ajarannya universal (syumul) meliputi semesta alam,
tanpa terbatas oleh zaman dan generasi tertentu, sebagaimana kehadiran Nabi Saw.
sebagai rahmat bagi semesta alam. Oleh karena itu, Islam harus mendunia dan dibumikan,
tidak melangit. Agar misi mulia ini tercapai, maka setiap muslim dituntut ikut
andil dan berperan dalam menabur dan menyebar dakwah Islam yad`una ila
al-khair wa ya'muruna bi al-ma`rufi wa yanhauna `an al-mukar (mengajak
kepada al-khair dan menyuruh yang ma`ruf dan mencegah dari yang
munkar). Al-khair adalah nilai universal yang diajarkan al-Qur'an dan
hadits. Salah satu sumber utama dakwah Islam adalah hadits Nabi Saw. selain
al-Qur'an. Tentu saja hadits yang dimaksud adalah hadits yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran dan
kesahihannya.
Hanya saja
permasalahannya adalah ketika dakwah yang disampaikan menggunakan hadits-hadits
dhaif bahkan hadits-hadits palsu atau maudhu`. Seringkali didengar riwayat yang
disampaikan di atas mimbar, atau melalui televisi dan radio yang diklaim
sebagai hadits Nabi SAW. padahal bukan hadits.
Dalam upaya untuk
mengetahui kualitas sebuah hadits, penulis dalam makalah ini akan mencoba
mentakhrij sebuah hadits
مَنْ فَرِحَ
بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النيْراَنِ
“Barangsiapa senang dengan masuknya (datangnya) bulan
Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya bagi neraka.”
B. Pembahasan
1.
Pencarian
Hadits
Pencarian penulis melalui software al-Maktabah al-Syamilah
terhadap hadits ini tidak menemukan dalam kitab hadits manapun. Begitu juga
dengan pencarian secara manual melalui beberapa metode dan kitab yang bisa
digunakan untuk mentakhrij sebuah hadits, seperti Mu’jam al-Mufahras
karangan A.J. Wensinck yang mencakup hadits yang terdapat dalam kutub
al-tis’ah, al-Jami’ al-Shaghir karangan Jalaluddin al-Suyuthi, al-Maqasid
al-Hasanah karangan Abdurrahman al-Sakhawi, dan juga beberapa kitab model athraf
seperti Mausu’ah Atraf al-Hadis al-Nabawi al-Syarif serta kitab
kumpulan hadits dhaif seperti al-Silsilah al-Maudhu’at karangan M.
Nashiruddin al-Albani, al-La’ali al-Mashnu’ah karangan Jalaluddin al-Suyuthi
maupun kitab al-Maudlu’at karangan Ibnu al-Jauzi, penulis juga belum menemukan hadits tersebut.
Penulis hanya menemukan
hadits di atas dalam kitab Durrah al-Nashihin itupun tidak disertai sanad hanya menyandarkan
riwayat tersebut pada Rasulullah. Kitab ini merupakan buah karya Utsman Ibn
Hasan ibn Ahmad asy-Syakir al-Khubawi wafat tahun 1241 H atau bertepatan dengan
1824 M. Al-Khubawi adalah seorang penasehat dan penghikayat, bukan seorang
ahli hadis. Ia tidak punya karya lain kecuali hanya kitab Durrah al-Nashihin,
dan di dalamnya syaikh al-Khubawi (pengarang) mengintruksikan untuk melihat Kitab
al-Hayat. Namun sejauh pencarian penulis baik secara manual atau melalui
pencarian melalui software belum menemukan kitab tersebut.
2.
Kualitas
Hadits
Dari segi matan bisa dilihat bahwa hadits ini termasuk
hadits palsu karena adanya imbalan pahala yang luar biasa (diharamkan dari api
neraka) untuk amalan yang sangat ringan (hanya senang dengan datangnya
Ramadhan). Salah satu ciri kepalsuan suatu hadits adalah
menyebutkan pahala yang sangat besar atau berlebihan hanya untuk suatu
perbuatan yang kecil atau sepele.[1]
Dengan mengacu pada kaedah ini, maka riwayat di atas dapat dinilai sebagai hadits
palsu (la asla lahu). Selain itu, menurut hasil penelitian terhadap
hadits-hadits dalam kitab ini ditemukan bahwa dari 844 hadits dalam kitab ini
terdapat 252 (30%) hadits palsu, 180 (21,3%) hadits lemah, 48 (5,7%) hadits
sangat lemah, 220 (26%) hadits sahih, 87 (10,3%) hadits hasan, dan 57 (6,8%)
belum diketahui kualitasnya[2]
(lihat buku : Hadits-hadits Lemah dan Palsu dalam Kitab Durah al-Nashihin
oleh DR. Ahmad Lutfi Fathullah, halaman 75).
Inilah
informasi yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan ilmu, sehingga belum bisa mendapatkan sanad
riwayat tersebut. Oleh karena itu jika pembaca mengetahui sanad riwayat
tersebut bisa konfirmasi kepada penulis. Akhir kata مالا
يدرك كله لايترك جله وما لايدرك اليوم لعلّ أن يدرك غدا. أمين.
Mantab mas
BalasHapusجزاك الله خيرا و نفعني بالعلم النافع
BalasHapusSubahanalloh terimakasih .informasi ini yg aku tunggu² .dari dulu dalam benak menyimpan sejuta ke musykilanmusykilan tentang kualitas hadist dalam kitab durrah an-nasihin.namun,karna keterbatasan ilmu ke musykilan itu baru detik ini bs terjawab
BalasHapusشكرالك....
BalasHapusشكراً على البيان
BalasHapus