Kamis, 02 Mei 2013

TAKHRIJ HADITS مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النيْراَنِ



Disusun Oleh:


                                                                                Ahmad Saerozi          NIM: 309052
                                                           



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURUSAN USHULUDDIN PRODI TAFSIR HADITS
KUDUS
2011

TAKHRIJ HADITS
مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النيْراَنِ
“Barangsiapa merasa senang dengan masuknya (datangnya) bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya bagi neraka.”
A.    Pendahuluan
Islam adalah agama sosial dan kemanusiaan. Ajarannya universal (syumul) meliputi semesta alam, tanpa terbatas oleh zaman dan generasi tertentu, sebagaimana kehadiran Nabi Saw. sebagai rahmat bagi semesta alam. Oleh karena itu, Islam harus mendunia dan dibumikan, tidak melangit. Agar misi mulia ini tercapai, maka setiap muslim dituntut ikut andil dan berperan dalam menabur dan menyebar dakwah Islam yad`una ila al-khair wa ya'muruna bi al-ma`rufi wa yanhauna `an al-mukar (mengajak kepada al-khair dan menyuruh yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar). Al-khair adalah nilai universal yang diajarkan al-Qur'an dan hadits. Salah satu sumber utama dakwah Islam adalah hadits Nabi Saw. selain al-Qur'an. Tentu saja hadits yang dimaksud adalah hadits yang dapat dipertanggungjawabkan  kebenaran dan kesahihannya.
Hanya saja permasalahannya adalah ketika dakwah yang disampaikan menggunakan hadits-hadits dhaif bahkan hadits-hadits palsu atau maudhu`. Seringkali didengar riwayat yang disampaikan di atas mimbar, atau melalui televisi dan radio yang diklaim sebagai hadits Nabi SAW. padahal bukan hadits.
Dalam upaya untuk mengetahui kualitas sebuah hadits, penulis dalam makalah ini akan mencoba mentakhrij sebuah hadits 
مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النيْراَنِ
“Barangsiapa senang dengan masuknya (datangnya) bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya bagi neraka.”
B.     Pembahasan
1.      Pencarian Hadits
Pencarian penulis melalui software al-Maktabah al-Syamilah terhadap hadits ini tidak menemukan dalam kitab hadits manapun. Begitu juga dengan pencarian secara manual melalui beberapa metode dan kitab yang bisa digunakan untuk mentakhrij sebuah hadits, seperti Mu’jam al-Mufahras karangan A.J. Wensinck yang mencakup hadits yang terdapat dalam kutub al-tis’ah, al-Jami’ al-Shaghir karangan Jalaluddin al-Suyuthi, al-Maqasid al-Hasanah karangan Abdurrahman al-Sakhawi, dan juga beberapa kitab model athraf seperti Mausu’ah Atraf al-Hadis al-Nabawi al-Syarif serta kitab kumpulan hadits dhaif seperti al-Silsilah al-Maudhu’at karangan M. Nashiruddin al-Albani, al-La’ali al-Mashnu’ah karangan Jalaluddin al-Suyuthi maupun kitab al-Maudlu’at karangan Ibnu al-Jauzi,  penulis juga belum menemukan hadits tersebut.
Penulis hanya menemukan hadits di atas dalam kitab Durrah al-Nashihin  itupun tidak disertai sanad hanya menyandarkan riwayat tersebut pada Rasulullah. Kitab ini merupakan buah karya Utsman Ibn Hasan ibn Ahmad asy-Syakir al-Khubawi wafat tahun 1241 H atau bertepatan dengan 1824 M. Al-Khubawi adalah seorang penasehat dan penghikayat, bukan seorang ahli hadis. Ia tidak punya karya lain kecuali hanya kitab Durrah al-Nashihin, dan di dalamnya syaikh al-Khubawi (pengarang) mengintruksikan untuk melihat Kitab al-Hayat. Namun sejauh pencarian penulis baik secara manual atau melalui pencarian melalui software belum menemukan kitab tersebut.  
2.      Kualitas Hadits
Dari segi matan bisa dilihat bahwa hadits ini termasuk hadits palsu karena adanya imbalan pahala yang luar biasa (diharamkan dari api neraka) untuk amalan yang sangat ringan (hanya senang dengan datangnya Ramadhan). Salah satu ciri kepalsuan suatu hadits adalah menyebutkan pahala yang sangat besar atau berlebihan hanya untuk suatu perbuatan yang kecil atau sepele.[1] Dengan mengacu pada kaedah ini, maka riwayat di atas dapat dinilai sebagai hadits palsu (la asla lahu). Selain itu, menurut hasil penelitian terhadap hadits-hadits dalam kitab ini ditemukan bahwa dari 844 hadits dalam kitab ini terdapat 252 (30%) hadits palsu, 180 (21,3%) hadits lemah, 48 (5,7%) hadits sangat lemah, 220 (26%) hadits sahih, 87 (10,3%) hadits hasan, dan 57 (6,8%) belum diketahui kualitasnya[2] (lihat buku : Hadits-hadits Lemah dan Palsu dalam Kitab Durah al-Nashihin oleh DR. Ahmad Lutfi Fathullah, halaman 75).
            Inilah informasi yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu, sehingga belum bisa mendapatkan sanad riwayat tersebut. Oleh karena itu jika pembaca mengetahui sanad riwayat tersebut bisa konfirmasi kepada penulis. Akhir kata مالا يدرك كله لايترك جله وما لايدرك اليوم لعلّ أن يدرك غدا. أمين.


[1]  M. ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits, Dar al-Fikr: Beirut, Tt, hlm. 436.
[2]  Bisa dilihat dalam Ahmad Lutfi fathullah, Hadis-hadis Lemah dan Palsu dalam Kitab Durrah al-Nashihin, hlm. 75 atau bisa melihat dalam website http://ustadzridwan.com/944/

5 komentar:

  1. جزاك الله خيرا و نفعني بالعلم النافع

    BalasHapus
  2. Subahanalloh terimakasih .informasi ini yg aku tunggu² .dari dulu dalam benak menyimpan sejuta ke musykilanmusykilan tentang kualitas hadist dalam kitab durrah an-nasihin.namun,karna keterbatasan ilmu ke musykilan itu baru detik ini bs terjawab

    BalasHapus
  3. شكراً على البيان

    BalasHapus