Minggu, 19 Januari 2014

AL-QUR’AN PUN BERBICARA CINTA

Makna cinta itu masih diperselisihkan, hal ini karena cinta tidak dapat dideteksi kecuali melalui gejala psikologis, sifat, perilaku, dan pengaruh yang diakibatkan pada diri seseorang yang mengalaminya. Menurut kamus bahasa Indonesia kata cinta sendiri mempunya arti kasih sayang, suka sekali, dan sayang sekali.
Sedangkan menurut sebagian kaum sufi, cinta adalah dasar dan prinsip perjalanan menuju Allah. Semua keadaan dan peringkat yang dialami oleh salik adalah tingkat-tingkat cinta kepada-Nya, dan semua maqam dapat mengalami kehancuran, kecuali cinta. Ia tidak bisa hancur dalam keadaan apapun selama jalan menuju Allah tetap ditelusuri. 
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya dan juga bisa diperbudak oleh cintanya. Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga, yaitu: pertama, lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain. Kedua, lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain. Ketiga, lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. (Abu Hamid al-Ghazali: 331)
Dalam al-Qur’an banyak kata yang menunjukkan kata cinta (hubb) dengan berbagai derivasinya, baik yang berupa verbal maupun nominal, baik yang berupa plural maupun singular. Tercatat sekitar 100 kata yang berasal dari kata dasar hubb, wudd, syauq maupun lainnya (Muhammad Sidqi al-‘Athar, Mu’jam Mufahras li al-Fazh al-Qur’an). Berikut beberapa macam cinta yang disebut oleh al-Qur’an dan penjelasannya.
Pertama, cinta Mawaddah adalah jenis cinta menggebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Kedua, cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita.
Ketiga, cinta Mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al-Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al-mail).
Keempat, cinta Syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al-Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha kepadaYusuf.
Kelima, cinta Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma kebenaran. Al-Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta rafah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q.S. 24:2). Keenam, cinta Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha (berupa masuk penjara), sebab jika tidak lama kelamaan Yusuf tergelincir dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al-jahilin (Q.S. 12:33).
Ketujuh, cinta Syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al- Qur’an. Dalam (Q.S. 29:5) dikatakan bahwa barang siapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu. Sementara yang terakhir, yaitu cinta Kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q.S. 2:286).
            Al-Qur’an tidak menafikan bahwa manusia diberikan rasa cinta kepada lawan jenis, anak, harta benda, kendaraan dan lain sebagainya. Namun bagi orang yang taqwa besok di akhirat akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari itu semua yaitu surga, bidadari, dan ridha Allah (Q.S. 3:14-15). Al-Qur’an pun dalam ayat lain menjelaskan bahwa cinta hakiki seorang muslim harus ada pada 3 hal, Allah, Rasul-Nya, dan jihad (Q.S. 9: 24).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar