Makna cinta itu masih diperselisihkan, hal ini karena
cinta tidak dapat dideteksi kecuali melalui gejala psikologis, sifat, perilaku,
dan pengaruh yang diakibatkan pada diri seseorang yang mengalaminya. Menurut
kamus bahasa Indonesia kata cinta
sendiri mempunya arti kasih sayang, suka sekali, dan sayang sekali.
Sedangkan menurut sebagian kaum
sufi, cinta adalah dasar dan prinsip perjalanan menuju Allah. Semua keadaan dan
peringkat yang dialami oleh salik adalah tingkat-tingkat cinta
kepada-Nya, dan semua maqam dapat mengalami kehancuran, kecuali cinta. Ia tidak
bisa hancur dalam keadaan apapun selama jalan menuju Allah tetap
ditelusuri.
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya dan juga bisa diperbudak oleh
cintanya. Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga, yaitu:
pertama, lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
Kedua, lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
Ketiga, lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang
lain/diri sendiri. (Abu Hamid al-Ghazali: 331)
Dalam al-Qur’an banyak kata yang menunjukkan kata cinta (hubb)
dengan berbagai derivasinya, baik yang berupa verbal maupun nominal, baik yang
berupa plural maupun singular. Tercatat sekitar 100 kata yang berasal dari kata
dasar hubb, wudd, syauq maupun lainnya (Muhammad Sidqi al-‘Athar, Mu’jam
Mufahras li al-Fazh al-Qur’an). Berikut beberapa macam cinta yang disebut
oleh al-Qur’an dan penjelasannya.
Pertama, cinta Mawaddah
adalah jenis cinta menggebu-gebu, membara dan “nggemesi”.
Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah
dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Kedua, cinta Rahmah
adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap
melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan
orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting
adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita.
Ketiga, cinta Mail,
adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot
seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta
jenis mail ini dalam al-Qur’an disebut dalam konteks orang
poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla
al-mail).
Keempat, cinta Syaghaf.
Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, dan memabukkan. Orang yang terserang
cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang
gila, lupa diri dan hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al-Qur’an
menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha
kepadaYusuf.
Kelima, cinta Ra’fah,
yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma kebenaran. Al-Qur’an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra’fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q.S. 24:2). Keenam, cinta Shobwah, yaitu
cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Qur’an
menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar
dipisahkan dengan Zulaiha (berupa masuk penjara), sebab jika tidak lama
kelamaan Yusuf tergelincir dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni
kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al-jahilin (Q.S. 12:33).
Ketujuh, cinta Syauq
(rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al- Qur’an.
Dalam (Q.S. 29:5) dikatakan bahwa barang siapa rindu
berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian
diungkapkan dalam doa ma’tsur riwayat Ahmad; wa as’aluka
ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon
dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk
berjumpa dengan-Mu. Sementara yang terakhir,
yaitu cinta Kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran
mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit.
Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani
seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa
wus`aha (Q.S. 2:286).
Al-Qur’an
tidak menafikan bahwa manusia diberikan rasa cinta kepada lawan jenis, anak,
harta benda, kendaraan dan lain sebagainya. Namun bagi orang yang taqwa besok
di akhirat akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari itu semua yaitu surga,
bidadari, dan ridha Allah (Q.S. 3:14-15). Al-Qur’an pun dalam ayat lain
menjelaskan bahwa cinta hakiki seorang muslim harus ada pada 3 hal, Allah,
Rasul-Nya, dan jihad (Q.S. 9: 24).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar