Senin, 19 November 2012

KISAH BANI ISRAIL


            Rasulullah menuturkan bahwa pada komunitas bani israil terdapat  3 orang yang masing masing di sampinr  perekonomianya lemah juga menderita penakit.  Diantara mereka ada yang sakit kulit, bekepala butak dan lainya buta, sehingga ketiga tiganya  terisolir  dan dikucilkan oleh manggota masyarakat. Kemudian malaikat mendatangi mereka sembari menanyakan hal apa yang  paling mereka idam idamjkan ?  tentu saja mereka ingin bebas dan sembuh  dari penyakitnya serta kembali normal sebagaimana layaknya orang lain sehingga mereka tidak lagi  dikucilkan. Kemudian malaikat menanyakan harta benda apa yang mereka sukai ? diantara mereka  ada yang menjawab ingin unta, sapid an lainya suka kambing. Dan atas izin Allah  mereka bertiga mendapatkan harta sesuai yang mereka harapkan, dan akhirnya ternak mereka berkembang biak banyak sekali.
           
            Kemudian dalam kesempatan lain malaikat tersebut mendatangi mereka, dengn menjelma menjadi orang miskan  yang kehabisan bekal dalam perjalanan, oleh karenaya malaikat “ yang miskin “ ini mint bantuan kapada mereka  agar dapat melanjutkan perjalananya. Nemun apa jawab mereka  kebutuhanku banyak aku tidak bisa membantumu!kemudian malaikat ini berkomentar  tampaknya aku mengenalimu bukankah kamu dulu miskin  dan berpenyakit sehingga dikucilkan masyarakat. Kemudian Allah memberimu harta yang melimpah! Orang yang pertama dan yang krdua membantah tidak ! harta ini kami warisi dari orang tua kami. Kemudian sang malaikat mengancap ; kalau kalian bohong niscaya Allah akan mengembalikan kalian keada kondisi semula.

            Sikap orang ketiga ini lain responya kapada  sang malaikan ,ia justru mempersilahkan malaikat tersebut untuk mengambikl hartanya sebanyak banyaknya. Melihat respon positif ini akhirnya malaikat menegaskan bahwa saya hanya menuji kalian . Allah meidhoimu dan murka kepada kedua temanmu

Jumat, 16 November 2012

Hadis Etika Bertetangga



Pembahasan
Penulis mengambil hadits dari kitab Shahih Bukhari dengan redaksi hadits
حدثنا محمد بن منهال حدثنا يزيد بن زريع حدثنا عمر بن محمد عن أبيه عن ابن عمر رضي الله عنهما قال  قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Minhal telah menceritakan kepadaku Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepadaku Umar bin Muhammad dari ayahnya dari Ibnu Umar RA berkata, Rasulullah Saw bersabda: Malaikat Jibril tidak berhenti berwasiat kepadaku (Nabi Muhammad), sehingga aku mengira dia (Jibril) akan mewarisi sesuatu.[1]
            Adapun dalam kitab-kitab lain yang mencantumkan sanad lengkap, hadits tersebut penulis dapatkan dalam beberapa kitab, di antaranya:
a.       Shahih Muslim, dengan redaksi
حدثني عبيدالله بن عمر القواريري حدثنا يزيد بن زريع عن عمر بن محمد عن أبيه قال سمعت ابن عمر يقول  قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه
صحيح مسلم [4 /2025]
b.      Musnad Ahmad bin Hanbal, dengan redaksi
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ دَاوُدَ بْنَ فَرَاهِيجَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِى بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
[مسند أحمد 22/ 490، بترقيم الشاملة آليا]
c.       Sunan Abi Dawud, dengan redaksi
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ بَشِيرٍ أَبِى إِسْمَاعِيلَ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ ذَبَحَ شَاةً فَقَالَ أَهْدَيْتُمْ لِجَارِى الْيَهُودِىِّ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِى بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
[سنن أبى داود 15/ 32، بترقيم الشاملة آليا]
d.      Sunan Tirmidzi, dengan redaksi
حدثنا قتيبة حدثنا الليث بن سعد عن يحيى بن سعيد عن أبي بكر هو ابن محمد بن عمرو بن حزم عن عمرة عن عائشة : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه 
[سنن الترمذي 4/ 332]
e.       Shahih Ibnu Hibban, dengan redaksi
أخبرنا الحسين بن محمد بن أبي معشر بحران ، قال : حدثنا أحمد بن سليمان بن أبي شيبة ، حدثنا يزيد بن هارون ، أخبرنا يحيى بن سعيد الأنصاري ، أن أبا بكر بن محمد بن عمرو بن حزم ، أخبره أن عمرة بنت عبد الرحمن ، أخبرته أن عائشة ، قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ما زال جبريل يوصيني بالجار ، حتى ظننت أنه سيورثه
[صحيح ابن حبان 3/ 16، بترقيم الشاملة آليا]

                Ada juga hadis yang intinya sama dengan hadis di atas, namun redaksi teksnya berbeda, di antaranya terdapat dalam kitab:
a.       Musnad Ahmad bin Hambal, dengan redaksi

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ فَرَاهِيجَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « أَوْصَانِى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يُوَرِّثُهُ
[مسند أحمد 21/ 199، بترقيم الشاملة آليا]
b.      Syu’b al-Iman, dengan redaksi teks
ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه يورثه وما زال يوصيني بالمملوك حتى ظننت أنه يضرب له أجلا أو وقتا إذا بلغه اعتق
[شعب الإيمان 6/ 369]

            Untuk lebih memudahkan dalam memahami sanad hadits tersebut penulis akan membuat skema dari i’tibar hadits tersebut. Namun yang akan dii’tibar oleh penulis adalah hadis yang redaksinya sama.


Ø I’tibar Hadits ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه




 





                                                                                                                                              




























Abdullah bin  Umar
 
Abdullah bin Amr
 
Abu Hurairaoh
 
Aisyah
 


Mujahid
 
Dawud bin Farahij
 
‘Amroh
 
                                                                                                                                                              


















 
                                                                                                                                                                   










Basyir Abi Ismail
 


Syu’bah bin al-Hajjaj
 

Umar bin Muhammad
 




Ibnu Hazm
 

 
                          
Rauh
 
Yahya bin Said
 
Sufyan
 
Yazid bin Zurai’
 
                                                                                                                                                           
                                                                                                       
Abdullah bin Umar al-Qowariri
 
Al-Laits bin Said
 
Muhammad bin Isa
 
                                                                                                                                                                         









Muhammad bin Minhal
 









 
Ahmad bin Sulaiman
 
                                                                                                                                                                     
 

                                                                                                                                                            
Husain bin Muhammad
 
                                        
                                                                                                                                                                                         












Muslim
 

Ahmad bin Hanbal
 

Al-Bukhori
 




Tirmidzi
 


 



Ø Studi Sanad Shahih Bukhari
Dalam memulai studi sanad hadis ini, penulis akan memulai dari rawi a’la dari kitab Jami’ as-Shahih Li al-Bukhari, yaitu:
1.      Abdullah bin Umar
Namanya adalah Abdullah bin Umar bin Khottob al-Qurasyi al-‘Adwi. Lahirnya tidak diketahui. Beliau menempati thobaqoh pertama (termasuk sahabat), dan haditnya diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah. Beliau wafat pada tahun 73 H ini adalah pendapat az-Zubair, Abu Nu’aim, Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan Ahmad bin Hambal. Tapi menurut al-Waqidi sebagaimana yang dicatat oleh Muhammad bin Sa’ad dan Kholifah bin Khoyyat wafatnya tahun 74 H, pendapat ini juga didukung oleh Sulaiman bin Zubair.[2]
Di antara guru-gurunya adalah: Rasulullah Saw, Bilal bin Rabbah, Rafi’ bin Khudaij, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Khottob, Abi Lubabah (masih diragukan), Sa’ad bin Abi Waqash, Shuhaib bin Sinan, ‘Amir buin Rabi’ah, Abdullah bin Mas’ud, dan lain-lain. Sedangkan murid-muridnya yaitu: Adam bin Ali al-Bakry, Aslam (budak yang dimerdekakan Umar bin Khottob), Ismail bin Abdurrahman, Umayyah bin Abdillah bin Kholid, Anas bin Sirin, Bakr bin Abdillah al-Muzani, Muhammad bin Zaid, dan lain-lain.
Ø  Penilaian Ulama Hadis
No
Nama Penilai
Penilaian
1
Ibnu Hajar
صحابى
2
Ad-Dzahabi
صحابى

2.       Muhammad bin Zaid
Nama lengkapnya adalah: Muhammad bin Zaid bin Abdillah bin Umar bin Khottob, kunyahnya Abu Abdillah al-Madany. Dia menempati thobaqoh yang ke tiga (Tabi’in tengahan). Haditsnya diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah.[3]
Di antara guru-gurunya adalah: Sa’id bin Zaid, Abdullah bin Zubair bin Awam, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Amr bin Ash. Sedangkan murid-muridnya yaitu: Bisyar bin Kidam, Zaid bin Muhammad bin Zaid, Sulaiman al-A’masy, Abu Quthbah Suaid bin Najih, Ashim bin Muhammad bin Zaid, Umar bin Muhammad bin Zaid, dan lain-lain.[4]
Ø  Penilaian Ulama Hadits
No
Nama Penilai
Penilaian
1
Ibnu Hajar
ثقة
2
Ad-Dzahabi
وثقه أبو زرعة
3
Abu Zur’ah
ثقة
4
Ibnu Hibban
ثقة

3.      Umar bin Muhammad
Nama lengkapnya adalah Umar bin Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar bin Khottob. Dia termasuk thobaqoh yang ke enam (orang yang semasa dengan tabi’in kecil). Dia wafat sebelum tahun 150 H di ‘Asqolan. Haditsnya diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah.[5]
Al-Mizzi dalam kitabnya Tahdzib al-Kamal mengatakan: di antara guru-gurunya yaitu: Ismail bin Rafi’ al-Madani, Hafs bin Ashim bin Umar bin Khottob, Zaid bin Aslam, Zaid bin Abdillah bin Umar bin Khottob, Salim bin Abdillah, Abdillah bin Dinar, Muhammad bin Zaid dan lain-lain. Sementara itu murid-muridnya yaitu:  Ismail bin Aliyah, Ismail bin Iyasy, Sufyan at-Tsauri, Sufyan bib Uyainah, Abdullah bin al-Mubarok, Yazid bin Zurai’, dan lain-lain.
Ø  Penilaian Ulama Hadits
No
Nama Penilai
Penilaian
1
Muhammad bin Sa’ad
ثقة ، قليل الحديث
2
Abdullah bin Ahmad bin Hambal
شيخ ثقة ، ليس به بأس
3
Ahmad bin Hambal
ثقة
4
Yahya bin Ma’in
صالح الحديث
5
Abu Hatim
ثقة صدوق
6
Nasa’i
ليس به بأس
7
Ibnu Hajar
ثقة
8
Ad-Dzahabi
ثقة

4.      Yazid bin Zurai’
Nama lengkapnya yaitu Yazid bin Zurai’ al-‘Isyi ada yang mengatakan at-Tamimi, kunyahnya yaitu Abu Muawiyah al-Bashri. Dia lahir pada tahun 101 H, dan wafat pada tahun 182 H di Bashrah. Dia termasuk thobaqoh ke delapan (tabi’ at-tabi’in yang tengahan). Haditsnya diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Al-Mizzi dalam kitabnya Tahdzib al-Kamal mengatakan: Dia meriwayatkan hadits dari Ibrahim bin ‘Ala’, Israil bin Yunus, Ayyub as-Sakhtiyani, Abi al-Asyhab Ja’far bin Hayyan al-Athordi, Hubaib bin Syahid, Hajjaj bin Hajjaj al-Bahili, Umar bin Muhammad bin Zaid al-Amri, dan lain-lain. Sementara murid-muridnya yaitu: Ahmad bin Ubadah ad-Dhobbi, Ahmad bin Abi Ubaidillah as-Sulaimi, Abu al-Asy’ats Ahmad bin Miqdam, Ismail bin Mas’ud, Umayah bin Busthom, Muhammad bin Minhal, dan lain-lain.[6]
Ø  Penilaian Ulama Hadits
No
Nama Penilai
Penilaian
1
Ibnu Hajar
ثقة ثبت
2
Ad-Dzahabi
الحافظ
3
Ahmad bin Hambal
إليه المنتهى فى التثبت
4
Abu Tholib
صدوق متقن
5
Ishaq bin Mansur
ثقة
6
Abdul Khaliq bin Mansur
الصدوق الثقة المأمون

5.      Muhammad bin Minhal
Namanya adalah Muhammad bin Minhal at-Tamimi al-Mujasyi’i, kunyahnya adalah Abu Ja’far ada yang mengatakan Abu Abdillah al-Bashri ad-Dhorir al-hafidz. Beliau menempati thabaqah ke sepuluh (pembesar pengikut atba’ tabi’in). Beliau wafat pada tahun 231 H, hadits-haditsnya  diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i.
Guru-gurunya yaitu: Yazid bin Zurai’, Abu Awanah, Ja’far bin Sulaiman ad-Dhuba’I, Muhammad bin At-Thowafi, Umayyah bin Kholid, Abu Bakar al-Hanafi, Abu Dawud at-Thoyalisi, dan lain-lain. Sementara haditsnya diriwayatkan oleh: al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Abu Bakar al-Atsram, Harb bin Ismail, Usman bin Khorzad, Muhammad bin Ibrahim, Usman bin Sa’id ad-Darimi, dan lain-lain.[7]
Ø  Penilaian ulama Hadits
No
Nama Penilai
Penilaian
1
Ibnu Hajar
ثقة حافظ
2
Ad-Dzahabi
الحافظ
3
Al-‘Ajali
ثقة
4
Abu Hatim
ثقة حافظ كيس
5
Yahya bin Ma’in
ثقة

6.      Al-Bukhori
Nama lengkapnya Abu Abdullah, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari. Beliau termasuk golongan dari pengikut tabi’ at-tabi’in tengah yang berdomisili di Bukhara lahir pada tahun 194 H dan wafat pada tahun 256 H. Guru-gurunya antara lain: Adam bin Abi Ilyas, Ibrahim bin Bisyar, Ibrahim bin Mundzir, Ibrahim bin Musa, Ahmad bin Khalid, Ismail bin Abdullah, Hasan bin Waqi’, Hafs bin Umar, Khallad bin Yahya, Said bin Abi Maryam, Muhammad bin Minhal dan lain-lain. Adapun murid-muridnya antara lain: Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa’i, Ibrahim bin Ishaq al-Harabi,Ahmad bin Sahl bin Malik.
Ø  Penilaian Ulama Hadits
No
Nama Penilai
Penilaian
1
Ibnu Hajar
جبل الحفظ و إمام الدنيا فى فقه الحديث
2
Ad-Dzahabi
كان إماما حافظا حجة رأسا فى الفقه و الحديث

Secara umum kualitas sanad di atas tidak perlu dipertanyakan lagi karena semua rawinya sudah mendapat legitimasi tsiqoh dari para jarih wa mu’addil. Meskipun sighot tahammul wa al-Ada’ dari hadis di atas ada yang menggunakan redaksi عنnamun tetap dapat dikatakan sebagai bersambung sanadnya karena para sanad hadis yang bersangkutan tidak ada yang seorang mudallis, telah terjadi liqa’, dan mendapat predikat tsiqah.
Ø Studi Matan
Riwayat
Redaksi
Al-Bukhari
ما زال جبريل يوصيني بالجار ، حتى ظننت أنه سيورثه
Muslim
Ahmad bin Hambal (rawi ke IV Rauh)
Tirmidzi
Ibnu Hibban
Al-Baihaqi
ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه يورثه وما زال يوصيني بالمملوك حتى ظننت أنه يضرب له أجلا أو وقتا إذا بلغه اعتق

Ahmad bin Hambal  (rawi ke IV Muhammad bin Ja’far
أَوْصَانِى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يُوَرِّثُهُ

Ø Lughah al-Hadis
Mengenai arti lafadz توريث ualama berbeda pendapat, ada yang mengartikan warisan sebagai bagian harta peninggalan orang yang meninggal, ada yang mengartikan warisan disini adalah kebaikan menyambung persaudaraan.
Ibnu Abi Jamroh berpendapat bahwa warisan itu dibagi menjadi 2: hissi (sesuatu yang terlihat), dan ma’nawi. Yang dimaksud hissi yaitu tetangga bisa mewarisi harta bendanya, sedangkan yang dimaksud ma’nawi yaitu tetangga bisa mewarisi ilmunya, karena hak seorang tetangga terhadap tetangga yang lain yaitu mengajarkan sesuatu yang dibutuhkan oleh tetangga yang lain. Tetangga di sini mencakup orang muslim, kafir, fasiq, oarang ahli ibadah, orang asing, musuh dan lain sebagainya.[8]
Ulama juga berbeda pendapat dalam mengartikan lafadz الجار (tetangga), Sayyidina Ali berkata: Orang yang suara adzan sampai padanya maka disebut tetangga (tetamgga masjid), ada yang mengatakan orang yang sholat subuh bersamamu dalam masjid adalah tetangga. Menurut Sayyidah Aisyah empat puluh rumah dari setiap sisi rumah seseorang disebut tetangga, pendapat serupa dikatakan oleh al-Auza’i. [9]
Ø Fiqh Hadis
Hadis ini mengonfirmasikan bahwa malaikat Jibril itu tidak pernah berhenti untuk berwasiyat kepada Nabi tentang masalah tetangga, sehingga Nabi mengira bahwa tetangga itu bisa mendapat warisan. Adapun menjaga hak tetangga yaitu dengan berinteraksi baik dengannya, tidak melakukan kemadharatan serta menasihatinya. 
Dalam kitab Fath al-Qowy al-Matin, diterangkan bahwa tetangga itu diklasifikasikan menjadi tiga:
1.      Tetangga muslim yang juga kerabat, maka mempunyai tiga hak: hak bertetangga, hak berkerabat dan hak sesama orang Islam.
2.      Tetangga muslim tapi tidak kerabat, maka baginya dua hak: hak bertetangga dan hak sesama orang Islam.
3.      Tetangga yang tidak muslim dan tidak kerabat, maka baginya hak tetangga saja.
Tetangga yang paling utama untuk diperlakukan baik adalah orang yang pintu rumahnya paling dekat dengan pintu rumah seseorang.[10]
Ibnu Bathal dalam kitabnya berpendapat bahwa hadits ini menyuruh kita untuk menjaga (hubungan) bertetangga dan berbuat baik kepadanya serta menegakkan hak-hak mereka. Bahkan dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 36 Allah memerintah manusia untuk berbuat baik kepada mereka setelah berbuat baik kepada kedua orang tua dan kerabat.[11]
Oleh karena itu kita harus berbuat baik kepada tetangga. Ada sebuah hadits yang maknanya tidak jauh berbeda debgan hadits di atas, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh at-Tabarani dari Ibnu Abbas yang berbunyi:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ
Tidaklah termasuk orang mukmin haqiqi seseorang yang kenyang padahal tetangganya lapar.[12]


[1]  Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah, al- Jami’ as-Shahih li al-Bukhari, Juz 4, Usaha Keluarga: Semarang, Tt, hlm. 53.
[2] Ruwwah at-Tahdzibain, Maktabah Syamilah
[3] Ibnu Hajar al-Asqolani, Tahdzib at-Tahdzib, Juz 5, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah: Beirut, Tt. hlm. 588.

[4] Ibid
[5] Syihabuddin Ali bin Ahmad bin Hajar al-Asqolani, Op.Cit, Juz 4, hlm. 456.
[6] Yusuf bin az-Zakki Abd ar-Rahman al-Hajjaj  al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, Juz 32, Maktabah Syamilah, hlm. 125.
[7]  Syihabuddin Ali bin Ahmad bin Hajar  Hajar al-Asqolani, Tahdzib at-Tahdzib, Juz 6, Op.Cit,  hlm. 74.
[8]  Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bari, Juz 10, Maktabah Syamilah, hlm. 441.
[9] Badruddin al-Aini al-Hanafi, Umdah al-Qori Syarah Shahih Bukhari, Juz 32, Maktabah syamilah, hlm. 197.
[10]  …………………….., Fath al-Qowy al-Matin fi Syarh al-Arbain wa Titimmah al-Khomsin, Maktabah Syamilah, hlm. 56.
[11]  Ibnu Bathal, Syarah al-Bukhari Li Ibni al-Bathal, juz 17, Maktanah Syamilah, hlm. 268.
[12]  Muhammad Abd al-Rahman bin Abd al-Rahim, Tuhfah al-Ahwadzi, Juz 5, Maktabah Syamilah, hlm. 154.