Senin, 10 Desember 2012

MENAKAR HARGA MANUSIA


Nilai seseorang ditentukan oleh kualitas ilmu dan etikanya. Sementara tampilan fisik seseorang akan membuatnya terhormat sebelum ia berbicara. Kalau sudah berbicara, maka yang membuat seseorang terhormat atau tidak adalah kualitas pembicaraannya (ilmunya). Artinya, ketika yang ia bicarakan adalah sesuatu ang berbobot maka orang lain akan segan dan hormat kepadanya, begitu pula sebaliknya.
Terkait dengan hal tersebut, sebagaimana dikatakan oleh KH. Sya’roni Ahmadi, sesepuh Kudus, “Doa KH. Bisri Musthofa terhadap anak adalah ‘semoga menjadi anak yang ‘alim (pandai) dan ‘aqil (terampil, cerdik)’ “. Kalau hanya’aqil maka ia akan membohongi orang lain, sementara kalau hanya ‘alim maka ia akan selalu dibohongi. Sedangkan KH. alm. Arwani Kudus selalu berdoa untuk anak ‘semoga ia menjadi anak yang ‘alim dan barakah’.
Harapannya, jika anak-anak kita ‘alim serta ‘aqil maka tentunya ia juga shaleh, yaitu yang selalu memenuhi kewajibannya kepada Allah dan kewajiban terhadap sesama. Peran satu orang shaleh adalah mampu menolak atau menghindarkan musibah 100 keluarga di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, muncul permasalahan terkait dengan banyaknya musibah yang menimpa Negara Indonesia akhir-akhir ini. Mungkinkah warga Indonesia yang shaleh jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding warga yang selalu berbuat maksiat sehingga perbandingannya belum mencapai 1 : 100 ? Mari kita introspeksi diri merenungkan hal ini !